20110422

Penyesalan

Terdapat sepasang suami istri yang sangat sibuk untuk bekerja di kota-kota besar sehingga seringkali meninggalkan anak-anaknya yang
akhirnya pembantu rumah tanggalah yang mengasuh sewaktu mereka bekerja.


Anak tunggal pasangan ini yakni perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
Sendirian Ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
atau terkadang memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya
diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak terlalu terlihat.
Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah Dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet.
Setelah sebelah kanan Mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil.
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain
sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun
dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
"Kerjaan siapa ini !!!"


Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.
Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 

"Saya tidak tahu..tuan." 
"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata, 

"Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.

Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui Dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan Dan belakang tangan si anak kecil luka2 Dan berdarah.
Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.


Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak.
Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya.
 

Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap Hari bertanya kepada pembantu rumah. 
"Dita demam, Bu", jawab pembantunya
"Kasih minum panadol aja ," jawab is ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya didalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk Hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
"Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu.


Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius.
Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.


"Tidak Ada pilihan." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut.


"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong
dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar
kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati Dan lelehan air Mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.


Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. 

"Ayah.. Ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi, Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. Sayang ibu.", Katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah,
sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?....
Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.
Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.


Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya.
Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua
tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski
sudah minta maaf.

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran batin
sampai suatu saat sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis
penyesalannya yg tak bertepi.
Namun, si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar
bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.


Mengapa penyesalan itu selalu datang di bagian paling akhir...??
Satu jawaban yang membuat saya tertegun.:
"Jika penyesalan itu datang lebih awal,dan manusia tersebut selalu bertindak benar,maka hal itu akan menarik sekali.tetapi hidup tanpa penyesalan tidak akan membuat kita belajar tentang hidup ini,karena tidak adanya kesalahan yang harus kita sesali".dengan adanya penyesalan itu,kita dapat lebih menghargai arti hidup ini..Dengan catatan jangan lah kita mebuat kesalahan yang sama ke dua kalinya,itu sama saja kita menjatuhkan diri kekubangan yang sama,padahal kita tahu bahwa kubangan itu kotor untuk kita.

Sangat ironis kalau seseorang melakukan kesalahan yang sama ke dua kalinya,bukan...???

Saat kita akan melakukan sesuatu hal,alangkah baiknya di pertimbangkan masak-masak,agar kita dapat terhindar dari perbuatan yang dapat membuat kita menyesal dikemudian hari......


No comments:

Post a Comment